SHARE

Melihat terbatas

CARAPANDANG.COM – Coronavirus Disease (Covid-19) masih terus mewarnai lalu lintas pemikiran dan berita hari-hari ini. Wajar saja, mengingat pandemi yang telah menyebar lintas benua tersebut berdampak sistemik. Berbagai segi roboh dan keropos gara-gara pagebluk ini. Ketidaknyamanan pun dialami oleh kita sebagai manusia yang disebabkan hulu Covid-19 ini.

Namun, sudahkah kita belajar dari Covid-19? Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di antaranya memberikan seruan agar para guru memberikan pembelajaran yang bermakna di masa pandemi ini. Tugas sekolah pun dapat dikaitkan dengan Covid-19.

Sudahkah kita menjadi insan pembelajar? Yang belajar dari segala peristiwa. Termasuk dari hal buruk, tidak nyaman, tidak menyenangkan.

Covid-19 pada beberapa kajian memperlihatkan polusi udara yang menurun, bumi yang dapat “bernafas” lebih lapang, langit yang lebih biru (bukan cuma slogan), hewan yang memperlihatkan diri. Pengalaman nyata tersebut, yang dapat kita saksikan melalui mata kepala sendiri, melalui ponsel; telahkah berbekas menjadi pembelajaran yang bermakna?

Greta Thunberg, tokoh muda itu telah berulang kali menyerukan untuk bumi yang lebih baik. Dan kini dengan Covid-19, manusia-manusia terpaksa ataupun tidak, mencoba berlaku lebih bijak terhadap bumi. Akankah jika pagebluk ini berakhir, bumi akan tetap menjadi sahabat? Ataukah manusia akan mencoba mengejar ketertinggalan ekonominya dengan lebih mengeksploitasi? Ah, manusia.

Covid-19 juga menyentuh ke inti kesadaran. Bagaimana segala hegemoni dapat rapuh, tumbang, atas kuasa Allah SWT. Dari sesuatu yang “tidak diperhitungkan” memantik kesadaran. Covid-19 tentu tidak terlihat wujudnya secara mata telanjang. Ia bukanlah pasukan bersenjata yang canggih dengan alutsista keren. Ia bukanlah kekuatan ekonomi kerah putih yang melakukan aneksasi. Namun Covid-19 mampu mengerkah, menimbulkan dampak sistemik.

Masihkah manusia tamak, rakus, dengan segala obsesi tak berujungnya? Covid-19, dengan #DiRumahAja, mengembalikan kita pada hal esensial dan krusial: keluarga. Kita pun seolah diberikan waktu untuk kontemplasi: apa yang kau cari di bumi?