SHARE

Zahrotun Qurrata A'yuni (Ditpsmp)

CARAPANDANG.COM - Berpuisi adalah cara bagi sebagian orang untuk meluapkan apa yang dirasakan. Puisi adalah karya yang unik, yang tidak lekang oleh waktu. Yang fana adalah waktu, puisi abadi. Melalui puisi, generasi Z masih mengenal yang namanya Chairil Anwar, W.S. Rendra, hingga Buya Hamka. Itu menunjukkan, meski sosok manusianya telah tiada, namun karya puisi mereka masih terus diingat sepanjang masa.

Begitulah mengapa Zahrotun Quratta A’yuni sangat menyukai puisi. Peserta Olimpiade Literasi Siswa Nasional (OLSN) SMP Tingkat Nasional Tahun 2018 ini bahkan mendapatkan juara II Lomba Cipta Puisi dengan karyanya yang berjudul Negeri Tanah Berpulang. Melalui puisi ini Zahrotun menceritakan keluh dan kesah yang dia rasakan tentang masih banyaknya masyarakat miskin di Indonesia saat ini.

Namun, dia yang masih duduk di bangku SMP, merasa belum ada ruang untuk meluapkan kesedihannya tersebut. Dia tidak sanggup untuk turun ke jalan mengadakan aksi demonstrasi, atau sekadar berkirim surat kepada Presiden, namun dia pun tahu tidak mudah bagi seorang Presiden untuk menyelesaikan masalah ini.

“Jadi saya tuliskan ke dalam puisi, dan saya ikutkan di lomba OLSN ini. Tidak nyangka saya bisa menang,” kata Zahrotun.

Meskipun hanya mendapatkan juara II, namun siswi SMP Negeri 1 Karangmojo, Daerah Istimewa Yogyakarta ini sangat bangga. Pertama karena bisa menjadi salah satu peserta terbaik di ajang OLSN ini. Dan yang kedua adalah bisa meluapkan isi hatinya ke dalam puisi dengan harapan dapat dibaca oleh semua orang suatu hari nanti, termasuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.

Dia menceritakan, dalam puisi yang dia tuliskan tersebut, ada solusi yang ditawarkan. Zahrotun mengatakan jalan utama untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia adalah semua warganya bersatu padu dan saling menyokong antarsatu dan lainnya.

“Yang senang bantu yang susah, bergotong royong saling membantu, saling melengkapi, saling menopang. Itu solusi yang tepat untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia ini,” ujar Zahrotun yang memiliki beberapa referensi penyair yakni Evi Idawati, Aan Mansyur, Joko Pinurbo, Sapardi Djoko Damono.

Dalam puisi karyanya perempuan berkaca mata ini bermaksud agar warga yang tak susah secara ekonomi dapat membantu orang-orang yang belum bisa hidup seperti mereka. Hilangkan rasa “Lu ya elu, gue ya gue” di dalam diri kita. Antar tetangga, antar RT atau antar provinsi bersatu padu.

Zahrotun mengatakan dia sangat yakin jika itu terjadi semua akan bahagia. Dia mengaku sedih, melihat saat ini orang-orang kaya sibuk semakin memperkaya dirinya. Sementara, orang miskin terus menapaki jalan-jalan untuk mencari sesuap nasi. Tidak ada yang memperdulikan mereka, bahkan orang kaya sering menutup kaca mobil mereka ketika melihat para pengemis meminta Rp 1.000 dari kantongnya.

“Kita sebagai manusia itu harus saling membantu. Itu yang diajarkan ke saya oleh orang tua dan guru. Saya yakin semua orang di Indonesia ini pun diajarkan hal yang sama,” tutur Zahrotun yang mengirimkan tiga puisi dalam tahap seleksi awal OLSN. Tiga puisi itu berjudul Berita Tentang Indonesia, Menyimpan Jiwa Pudar, Aku Memandang Dunia Lewat Jendela.

Arti Puisi Bagi Karakter

Siswi yang bercita-cita menjadi dosen dan sastrawan ini mengatakan, berpuisi itu mengajarkannya tentang arti pantang menyerah. Dimana, ketika menciptakan puisi, seorang sastrawan itu harus bersedia untuk dihina atau dijelek-jelekkan karena puisinya tidak bagus bagi sebagian orang. Hal inilah mengapa kata dia berpuisi itu mengajarkan pantang menyerah, karena Zahrotun terus berlatih dan berlatih agar puisi ciptaannya bisa diterima semua orang.

Berpuisi juga mengajarkan tentang kepercayaan diri. Dikisahkan Zahrotun, saat membuat puisi, dia selalu mempersiapkan segala hal dengan matang. Mulai dari ide, kemudian menuliskannya menjadi sebuah teks, merevisi, lalu membacanya di depan umum. Semakin sering melakukan itu, kepercayaan dirinya dalam menghadapi panggung semakin baik.

Dengan berpuisi atau menjadi sastrawan, menurut perempuan berjilbab ini membuatnya menjadi lebih religius. Karena semua yang dituliskan, segala apa yang dibayangkan, dan semua objek yang dia lihat adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Tempat berdoa, sumber dari segala ide yang ada, sehingga seorang sastrawan menurut dia tidak akan lepas dari Tuhan.

Di perhelatan OLSN ini juga, Zahrotun mengaku sangat senang, karena dia mendapatkan banyak sekali ilmu dari para juri yang tidak pelit membagikan ilmu mereka kepada peserta. Sehingga, dia pun semakin semangat dan semakin paham tentang bagaimana menulis sebuah puisi itu.

“Selain itu, dapat teman-teman baru yang luar biasa. Wah, ini sungguh sangat berharga sekali bagi saya bisa ikut. Dapat juara, dapat teman-teman baru, dapat ilmu, sangat bersyukur,” kata Zahrotun Qurrata A'yuni seperti dilansir laman Ditpsmp Kemdikbud RI.

Dia berharap kegiatan seperti ini benar-benar dimanfaatkan sebagai wadah untuk menyerap semua ilmu yang diajarkan. Kemudian, dia juga akan menyebarkan kegiatan ini di sekolahnya, agar seluruh siswa berlomba-lomba untuk menjadi siswa yang berprestasi.

Tags
SHARE